Siedoo, Menyikapi Revolusi Industri 4.0, Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan riset teknologi baru dan berhasil merancang Printer 3 Dimensi (3D) yang menjadi pioneer rites UGM.
“Jika berbicara mengenai robotika atau mobil listrik, kita mungkin sudah didahului kampus lain. Oleh karenanya, untuk Printer 3D saya ingin UGM menjadi pelopornya,” tegas dosen Teknik Mesin dan Industri UGM, Dr. Eng. Herianto, S.T., M.Eng.
Dikatakan produk Printer 3D ini menjadi salah satu kunci zaman modern sekarang ini terutama dalam aspek physical layer, selain Advanced Robotic dan Augmented/Virtual Reality.
Herianto mengaku bahwa awalnya memulai dengan membeli produk Printer 3D secara impor. Dari barang itu, Herianto bersama timnya membongkar untuk kemudian diteliti dan dipelajari tiap komponennya.
“Hasilnya dalam satu tahun kami berhasil membuat satu prototype awal Printer 3D karya kami sendiri,” ujar Herianto.
Fakultas Teknik UGM sudah mulai mengembangkan riset mengenai Printer 3D sejak 2014 dengan inisiasi Dr. Eng. Herianto, S.T., M.Eng. Ia berkolaborasi dengan para mahasiswa serta alumni UGM. Beberapa tipe yang dikembangkan di antaranya jenis kartesian, delta dan scara.
“Ketiganya berbeda pada konstruksi mekanik dan kinematikanya. Tipe kartesian sendiri terdiri dari beberapa turunan seperti corexy, dan h-bot. Kami coba kembangkan apapun yang dibutuhkan,” tuturnya.
Menurut Herianto, produk dari timnya sudah dipakai oleh beberapa universitas, akademi, politeknik, SMK, serta beberapa UMKM. Target selanjutnya adalah agar produk ini bisa dipakai di rumah-rumah.
Ia memperkenalkan proyek yang disebutnya dengan HALTech (Home As Laboratory Technology). Melalui proyek ini, ia ingin membawa produk-produk dari Revolusi Industri 4.0 yang dikembangkannya ke rumah-rumah.
“Konsep HALTech adalah membuat adanya laboratorium di setiap rumah. Intinya rumah bisa menjadi tempat sumber inspirasi teknologi dan ilmu pengetahuan. Saat ini fokusnya adalah Printer 3D terlebih dahulu,” ungkap Herianto.
Herianto berharap risetnya ini mendapat dukungan dari pemerintah. Tahun 2018 lalu, ia sudah diminta oleh Direktorat Pembinaan SMK untuk membina 50 SMK di Indonesia. Kali ini, ia berharap untuk mendapat dukungan dari Kementrian Perekonomian, Kementrian Perindustrian, serta Kementrian Tenaga Kerja agar produknya ini bisa menembus pasar.
“Melalui Printer 3D ini kami ingin menunjukkan bahwa ini adalah murni karya anak bangsa dan nantinya dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan Indonesia sendiri. Dengan demikian, hal itu akan membuat UGM diakui sebagai nomor satu untuk Printer 3D di Indonesia. Syukur lagi jika bisa mencapai tingkat dunia,” pungkasnya. (*)