Siedoo.com -
Internasional

Pendidikan di Indonesia Tertinggal 17 Tahun, Apa Sebabnya

JAKARTA – Pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dengan pendidikan di luar negeri. Saat siswa di Indonesia tengah berkutat dengan HOTS (higher order thinking skills) sebagaimana yang diajarkan dalam Kurikulum 2013 (K-13). Sementara, dunia internasional sudah melaksanakan STEAM (science, technology, engineering, art, mathematics).

“Kalau dihitung-hitung, pendidikan di Indonesia sudah tertinggal 17 tahun dengan luar negeri. Pada 2001, dunia internasional sudah mengenal HOTS dan 2009 menerapkan STEAM, di Indonesia baru heboh di 2018,” kata Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji dilansir dari jpnn.com.

Dikatakan, untuk mengejar ketertinggalan ini, pemerintah harus memiliki kurikulum STEAM. Dengan kurikulum STEAM, apa yang diajarkan kepada siswa akan dipakai ketika lulus nanti. Sebab, siswa menguasai beberapa mapel kemudian menjadikannya suatu produk yang bernilai jual.

“Mau enggak mau harus ada kurikulum STEAM. Makanya lewat Indonesia STEAM Week 2019 disosialisasikan pembelajaran informatika berbasis STEAM kepada para edukator di seluruh Indonesia. Sekaligus diberikan pelatihan kepada para educator mengenai konsep pembelajaran STEAM,” paparnya.

Di sisi lain, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno menilai K-13 sudah sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini karena kurikulum tersebut bersifat fleksibel dan dapat dikembangkan oleh sekolah.

“Sifat dari dokumen itu fleksibel di level instructional design. Ada beberapa sekolah yang sudah menerapkan fleksibilitas ini sesuai dengan konteks tanpa menyimpang dari sini,” katanya dilansir dari rebuplika.co.id.

K-13 dirancang agar dapat disesuaikan oleh sekolah untuk menciptakan sistem pembelajaran yang menarik. Selama amanah yang diemban dalam kurikulum tersebut sudah tersampaikan, maka cara apapun diperbolehkan untuk dilakukan. Totok mengatakan, semangat pengembangan K-13 juga sudah futuristik.

“Jadi ide dasarnya kan taksonomi pendidikan utuh mulai dari mengingat, memahami, menerapkan, sampai mencipta. Mencipta ini hal yang baru untuk abad ke 21. Kalau dulu kan kembali ke sintesis, jadi ilmu demi ilmu lagi,” kata dia melanjutkan.

Baca Juga :  Mantan Birokrat, Jadi Ketua Dewan Pendidikan Kota Magelang

Menurut dia, sekolah yang belum bisa meramu pembelajaran yang baik dari K-13 bisa saling mencontoh. Totok mengatakan, beberapa sekolah saat ini sudah ada yang aktif meramu proses pembelajaran yang baru. Namun ada juga yang perlu dibantu dan diberi inspirasi. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?