KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali. Tragedi laut kembali mengguncang perairan Indonesia. Pada Rabu, 2 Juli 2025, KMP Tunu Pratama Jaya, sebuah kapal penyeberangan yang mengangkut puluhan penumpang dan kendaraan, tenggelam di tengah Selat Bali. Peristiwa terjadi saat kapal dalam perjalanan pelayaran dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Menurut informasi dari Badan SAR Nasional, kapal mengalami kemiringan parah akibat dugaan kerusakan pada ruang mesin. Tak berselang lama, air mulai masuk ke dek bawah dan membuat kapal oleng secara ekstrem. Situasi pun berubah menjadi panik, saat para penumpang mulai menyadari kapal kehilangan kendali.
Detik-detik KMP Tunu Pratama Jaya Mulai Tenggelam
Sekitar pukul 07.35 WITA, kapal mulai terlihat tidak stabil, dan beberapa kru sempat meminta bantuan darurat melalui radio komunikasi. Tak lama kemudian, alarm bahaya berbunyi, dan proses evakuasi mendesak langsung oleh kru kapal. Para penumpang harus mengenakan jaket pelampung sambil bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Menurut salah satu saksi yang berhasil selamat, kapal sempat berusaha menstabilkan posisi di tengah arus kuat. Namun, usaha tersebut tidak berhasil. Dalam waktu kurang dari 30 menit, air laut mulai menenggelamkan bagian belakang kapal. Sebagian penumpang pun terpaksa melompat ke laut demi menyelamatkan diri, meskipun ombak cukup tinggi pada saat itu.
Upaya Penyelamatan dan Aksi Cepat Tim SAR
Tak lama setelah menerima sinyal bahaya dari menara kontrol Gilimanuk, Tim SAR gabungan dari Bali dan Banyuwangi langsung bergerak cepat ke lokasi kejadian. Beberapa kapal cepat dan helikopter untuk mengevakuasi korban yang terombang-ambing di laut lepas.
Menurut laporan sementara dari Basarnas, dari total 73 orang di atas kapal yang terdiri dari penumpang, kru, dan operator kendaraan, setidaknya 62 orang telah berhasil terselamatatkan hingga pukul 12.00 WITA. Proses pencarian masih terus berlangsung untuk menemukan korban yang belum ketahui keberadaannya.
“Kami masih terus menyisir area seluas 5 mil laut dari titik tenggelamnya kapal. Kondisi ombak cukup menantang, namun kami berusaha maksimal,” ujar Komandan SAR Banyuwangi, Kompol Made Aryawan.
Penyebab Sementara Akibat Kerusakan Mesin
Pihak berwenang saat ini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab pasti tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya. Namun, berdasarkan kesaksian beberapa kru, kerusakan mesin dan sistem kemudi kemungkinan menjadi faktor utama. Dengan arus laut Selat Bali yang terkenal kuat, kapal tidak mampu mempertahankan keseimbangan.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan telah membentuk tim investigasi independen untuk menelusuri aspek teknis dan kelayakan operasional kapal sebelum kejadian.
“Kami akan periksa semua aspek, mulai dari sertifikat kapal, kelayakan teknis, hingga kesiapan awak,” ujar Dirjen Perhubungan Laut, Capt. Andri Santoso.
Kondisi Korban dan Respons Kemanusiaan
Sebagian korban yang selamat langsung termasuk kru di evakuasi ke Pos Kesehatan Pelabuhan Ketapang dan RSUD Blambangan. Beberapa penumpang mengalami trauma dan hipotermia akibat terlalu lama berada di laut. Petugas kesehatan dan relawan PMI telah siaga untuk memberikan pertolongan lanjutan, baik fisik maupun psikologis.
Sisi lain, pihak keluarga korban yang menunggu di pelabuhan merasakan kecemasan. Pemerintah daerah setempat telah membuka posko informasi dan pengaduan keluarga, guna mempermudah komunikasi dan pendataan para korban.
Reaksi Publik dan Seruan Perbaikan Transportasi Laut
Kejadian ini segera menjadi perhatian publik nasional. Media sosial terpenuhi dengan doa dan harapan keselamatan untuk para penumpang. Banyak pihak menyoroti standar keselamatan kapal penyeberangan yang masih dinilai kurang ideal.
Organisasi pegiat keselamatan pelayaran menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap armada kapal yang beroperasi di jalur padat seperti Selat Bali. Kejadian tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya dianggapi peringatan serius bahwa reformasi transportasi laut sangat mendesak, untuk dilakukan.
KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali
Peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat bahwa laut, meskipun menjadi jalur transportasi vital, tetap menyimpan potensi bahaya yang sangat besar. Membutuhkan kesiapan maksimal, baik dari segi teknis maupun sumber daya manusia, untuk menjamin keselamatan pelayaran.
Hingga berita ini diturunkan, upaya pencarian korban hilang masih terus dilakukan, dan seluruh perhatian publik kini tertuju pada bagaimana tragedi ini akan ditangani, serta apa langkah konkret untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.