Pemerintah Makin Pede Setop Impor Jagung Tahun Depan
EKONOMI

Pemerintah Makin Pede? Setop Impor Jagung Tahun Depan

Setop Impor Jagung Tahun Depan, Pemerintah Makin Pede.  Pemerintah RI membuat gebrakan baru di sektor pertanian: impor jagung bakal dihentikan mulai tahun depan. Langkah ini menandai pergeseran strategi ketahanan pangan nasional dan menjadi sinyal kepercayaan diri yang semakin tinggi dari pemerintah terhadap produktivitas petani dalam negeri.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/6), mengatakan bahwa produksi jagung nasional kini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik, termasuk untuk pakan ternak.

Produksi Naik, Petani Senang

Kementerian Pertanian mencatat bahwa pada kuartal pertama 2025, produksi jagung nasional telah menyentuh angka 12,8 juta ton, naik signifikan banding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada angka 10,1 juta ton. Kenaikan ini dorong oleh program intensifikasi jagung yang masif di wilayah sentra produksi seperti Gorontalo, Lampung, Jawa Timur, dan NTT.

Petani di beberapa wilayah pun menyambut kabar ini dengan antusias. Sugiyono, petani jagung asal Blitar, menyebut program bantuan benih unggul dan pendampingan penyuluh lapangan sebagai “penyulut semangat baru”.

“Baru kali ini kami merasa benar-benar dukung penuh. Mulai dari pupuk, irigasi, sampai pemasaran. Kalau bisa ekspor nanti, lebih bangga lagi,” ujar Sugiyono saat hubungi lewat sambungan telepon.

Kebutuhan Pakan Jadi Sorotan Utama

Selama ini, sebagian besar jagung impor masuk ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Menurut data (GPMT), sekitar 60 sampai 70% pakan ternak ayam dan sapi berbasis jagung. Karena itu, kebijakan penghentian impor ini akan sangat memengaruhi dinamika industri peternakan.

Namun, pemerintah mengklaim bahwa kebutuhan tersebut tetap bisa terpenuhi dari dalam negeri. Kementan bahkan telah bekerja sama dengan BUMN pangan dan koperasi petani untuk memastikan rantai pasok tidak terganggu.

“Kami tidak ingin hanya berhenti impor, tapi justru memastikan petani kita jadi raja di negeri sendiri. Dan pelaku industri juga tidak dirugikan,” jelas Dirjen Tanaman Pangan Suwandi.

Apakah Indonesia Siap? Ekonom Buka Suara

Di sisi lain, sejumlah ekonom memberikan catatan atas optimisme pemerintah ini. Menurut Ekonom INDEF, Prof. Ahmad Heri Firdaus, rencana penghentian impor harus barengi dengan peningkatan kualitas infrastruktur pascapanen dan efisiensi distribusi.

“Jagung itu sangat tergantung pada kondisi penyimpanan. Jika infrastruktur gudang dan logistik masih lemah, harga bisa berfluktuasi tajam. Itu bisa kontraproduktif,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Indonesia juga harus mengantisipasi gangguan cuaca ekstrem seperti El Nino atau La Nina yang bisa memengaruhi hasil panen jagung nasional.

Pemerintah Makin Pede? Ekspor Jadi Target Baru

Tak hanya menghentikan impor, pemerintah bahkan telah membuka opsi ekspor jagung ke beberapa negara tetangga seperti Filipina dan Vietnam. Dalam kunjungannya ke Mindanao bulan lalu, Mentan Amran mengungkap bahwa pihak Filipina tertarik membeli jagung Indonesia karena harganya kompetitif dan kualitasnya sangat bagus.

“Kita tidak hanya berhenti mengimpor. Kita harus jadi eksportir. Petani akan makin sejahtera kalau kita bisa kirim jagung ke luar negeri,” ujar Amran.

Untuk mewujudkan ini, Kementan menyiapkan kawasan industri jagung di beberapa titik strategis dengan dukungan dari Perum Bulog dan Food Station.

Dampak Sosial dan Politik

Pemerintah, langkah ini juga nilai sebagai manuver politik yang strategis, mengingat tahun 2025 akan menjadi tahun transisi kabinet. Keberhasilan menghentikan impor jagung bisa menjadi “legacy” penting bagi pemerintahan saat ini.

Pengamat kebijakan publik, Devi Arianti, menyebut keputusan ini sebagai “langkah populis yang berpotensi produktif”.

“Selama dijalankan konsisten, rakyat akan langsung merasakan dampaknya. Petani diuntungkan, industri tenang, dan negara hemat devisa. Tinggal bagaimana implementasinya di lapangan,” katanya.

Pemerintah Makin Pede? Bukan Sekadar Soal Jagung

Setop impor jagung bukan hanya soal menghentikan kapal-kapal pengangkut biji dari luar negeri. Ini adalah tentang membangun kepercayaan diri bangsa, memberdayakan petani, dan membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam urusan pangan.

Pertanyaannya kini: mampukah target ambisius ini jaga dengan konsistensi dan komitmen lintas sektor? Jika iya, maka jagung bisa jadi simbol baru kedaulatan pangan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *