Konflik Memanas Israel Gempur Gaza dan Tewaskan 10 Warga. Ketegangan berlanjut antara Israel dan Gaza yang baru saja terjadi. Dalam sebuah serangan udara yang terjadi pada Sabtu dini hari waktu setempat, jet tempur milik Israel menggempur beberapa titik yang diklaim sebagai markas kelompok bersenjata di Gaza. Namun, serangan ini juga menelan korban sipil setidaknya 10 orang dilaporkan tewas, termasuk anak-anak dan perempuan.
Menurut saksi ledakan besar terdengar dan langsung menewaskan penduduk yang ada sekitarnya. Rumah-rumah hancur, kendaraan terbakar, dan warga sipil berlarian menyelamatkan diri. Suara sirene serta dentuman terus terdengar selama beberapa jam, menciptakan kepanikan di tengah malam yang seharusnya tenang.
Israel Target Militer atau Warga Sipil?
Namun, laporan dari sejumlah organisasi kemanusiaan menyebut bahwa sebagian besar korban jiwa adalah warga sipil yang tidak terlibat konflik bersenjata.
“Serangan ini sangat brutal. Tidak ada peringatan. Kami sedang tidur ketika rumah kami tiba-tiba runtuh,” kata Samira al-Qudsi, salah satu warga yang selamat namun kehilangan suami dan dua anaknya dalam serangan tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa operasi militer ini adalah bagian dari “langkah pertahanan untuk menghentikan ancaman roket” yang belakangan meningkat dari wilayah Gaza ke arah selatan Israel.
Meski begitu, seruan internasional mulai menggema agar semua pihak menunjukkan penahanan diri. PBB, Uni Eropa, dan berbagai organisasi hak asasi manusia mengutuk jatuhnya korban sipil dan mendesak agar konflik segera redam demi mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar.
Retorika dan Realita Tidak Ada Tanda Perdamaian
Dalam beberapa minggu terakhir, ketegangan di perbatasan meningkat seiring adanya bentrokan antara warga Palestina dan tentara Israel di Tepi Barat serta insiden penembakan roket dari Gaza.
Kelompok Gaza “pembantaian terhadap rakyat Palestina” dan bersumpah akan membalasakan dendam. Beberapa jam setelah serangan Israel, beberapa roket laporkan tembakkan ke wilayah selatan Israel, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa. Konflik Memanas Israel Gempur Gaza dan Tewaskan 10 Warga
Sementara itu, Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa negaranya berhak membela diri dan akan terus melakukan “tindakan yang perlukan” untuk memastikan keamanan warganya.
Kondisi Warga Sipil Kian Memprihatinkan
Persediaan medis mulai menipis, listrik padam hingga 12 jam sehari, dan banyak keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman meskipun hampir tidak ada tempat yang benar-benar aman di wilayah sekecil Gaza.
Organisasi kemanusiaan di lapangan melaporkan bahwa rumah sakit mulai kewalahan menampung korban, sementara tenaga medis harus bekerja dalam kondisi minim peralatan dan obat-obatan.
“Ini bukan hanya tentang politik atau kekuasaan. Ini tentang kehidupan manusia yang terus menjadi korban dari siklus kekerasan yang tak kunjung usai”. Ujar seorang relawan dari organisasi internasional yang bertugas di Gaza.
Seruan Damai yang Terus Diabaikan Israel
Meskipun banyak seruan internasional untuk gencatan senjata dan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan. Situasi di lapangan menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian masih sangat jauh. Kedua pihak terus saling menyalahkan dan tidak menunjukkan tanda-tanda kompromi.
Para analis menyebut bahwa konflik ini bisa menjadi salah satu babak paling mematikan dalam ketegangan. Berkepanjangan antara Israel dan Palestina jika tidak segera hentikan.
Kekhawatiran besar muncul dari masyarakat global bahwa serangan balasan dari kedua pihak bisa memicu perang terbuka yang lebih besar. Melibatkan negara-negara di kawasan, dan memperburuk ketidakstabilan Timur Tengah.