Mantan Pemain Sirkus Taman Safari Lapor Polisi Dugaan Eksploitasi
TRENDING

Mantan Pemain Sirkus Taman Safari Lapor Polisi Dugaan Eksploitasi

Mantan Pemain Sirkus Taman Safari Lapor Polisi Dugaan Eksploitasi Jakarta – Kisah kelam di balik gemerlap dunia sirkus akhirnya menyeruak ke permukaan.

Sejumlah mantan pemain sirkus yang tergabung dalam Oriental Circus Indonesia (OCI) melaporkan dugaan kekerasan dan eksploitasi yang mereka alami selama bertahun-tahun saat tampil di berbagai pertunjukan, termasuk di Taman Safari Indonesia.

Para eks pemain ini datang ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dengan membawa bukti dan cerita pilu yang selama ini terkubur dalam diam.

Mereka mengaku pernah di pukul dengan rotan, di setrum, hingga di kurung selama berminggu-minggu sebagai bentuk hukuman. Salah satu mantan pemain bahkan menyebut dirinya di pasung selama dua minggu usai mengalami siksaan yang berat.

Rasa sakit itu tidak hanya membekas di tubuh, tapi juga menghantui jiwa mereka hingga kini.

Bantahan dari Pihak Sirkus: “Itu Bagian dari Disiplin”

Menanggapi laporan tersebut, Tony Sumampouw selaku pendiri Oriental Circus Indonesia memberikan klarifikasi. Ia tidak membantah bahwa pemukulan dengan rotan memang terjadi.

Namun menurutnya hal itu adalah bagian dari pelatihan dan disiplin yang bertujuan untuk melindungi para pemain dari risiko saat tampil di atas panggung.

“Kita bekerja di industri yang berisiko tinggi. Kalau tidak disiplin, nyawa taruhannya. Pemukulan itu bukan penyiksaan, melainkan untuk keselamatan mereka juga,” ujarnya kepada media. Namun, ia membantah keras adanya praktik penyetruman atau pemasungan seperti yang dituduhkan.

Pernyataan ini justru menuai kritik dari berbagai pihak. Termasuk aktivis hak asasi manusia yang menilai pembenaran kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat diterima dalam konteks kerja, apalagi melibatkan anak-anak dan perempuan.

Taman Safari Angkat Tangan

Sementara itu, pihak Taman Safari Indonesia segera memberikan klarifikasi bahwa mereka tidak memiliki hubungan bisnis maupun legal dengan Oriental Circus Indonesia. Menurut manajemen, OCI hanya tampil sebagai pihak ketiga yang di undang dalam beberapa pertunjukan sirkus di masa lalu.

“Kami bukan pihak yang bertanggung jawab atas sistem pelatihan dan manajemen internal OCI. Kami turut prihatin, namun kasus ini sepenuhnya tanggung jawab organisasi mereka,” ujar perwakilan Taman Safari.

Pernyataan ini penting untuk meredam rumor yang berkembang di masyarakat dan media sosial, yang sempat mengaitkan dugaan kekerasan ini langsung dengan manajemen Taman Safari.

Kemenkumham Bergerak, Investigasi Di mulai

Kementerian Hukum dan HAM tidak tinggal diam. Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, menyatakan bahwa pihaknya sedang mendalami laporan tersebut dan akan memanggil seluruh pihak yang terlibat. Termasuk OCI dan pihak pengelola tempat pertunjukan.

“Kami akan pastikan hak-hak korban di pulihkan. Jika terbukti terjadi pelanggaran HAM, proses hukum akan di jalankan,” tegas Mugiyanto.

Tak hanya itu, Kemenkumham juga mempertimbangkan perlunya regulasi ketat terkait dunia hiburan non-formal seperti sirkus. Agar perlindungan pekerja, khususnya yang berasal dari kelompok rentan, lebih terjamin.

Sejarah yang Terulang: Komnas HAM Pernah Peringatkan

Fakta menarik yang muncul kemudian adalah bahwa ini bukan kali pertama kasus serupa muncul. Pada tahun 1997, Komnas HAM pernah menerima pengaduan dari mantan pemain sirkus dan mengeluarkan rekomendasi agar praktik eksploitasi dan kekerasan di hentikan.

Namun, rekomendasi itu tampaknya tak pernah benar-benar di jalankan. Mantan Pemain Sirkus Taman Safari Lapor Polisi Dugaan Eksploitasi

Kini, setelah hampir tiga dekade, luka lama itu terbuka kembali. Kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia hiburan Indonesia, bahwa di balik tawa penonton dan sorak sorai atraksi, ada kisah duka yang selama ini tersembunyi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *