Macet di Pelabuhan Tanjung Priok Lautan Truk yang Bikin Pusing
DAERAH TRENDING

Macet di Pelabuhan Tanjung Priok Lautan Truk yang Bikin Pusing

Macet di Pelabuhan Tanjung Priok Lautan Truk yang Bikin Pusing Kemacetan panjang kembali menghantui kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, sejak pertengahan April 2025.

Antrean truk kontainer menjelma menjadi “lautan logam” yang nyaris tak bergerak, membentang hingga belasan kilometer dari area pelabuhan ke jalan-jalan utama sekitarnya. Bukan cuma bikin stres para sopir, situasi ini juga menimbulkan efek domino pada sektor logistik nasional.

Lonjakan Aktivitas Pasca Lebaran: “Traffic Jam” Skala Raksasa

Pihak PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menyebut bahwa lonjakan arus barang menjadi penyebab utama kemacetan. Setelah libur panjang Lebaran, terjadi peningkatan tajam dalam aktivitas receiving dan delivery (R/D) peti kemas.

Aktivitas yang biasanya padat, kali ini melonjak drastis karena akumulasi pengiriman yang tertunda selama masa cuti bersama.

“Ini bukan kemacetan biasa. Ini efek pasca-Lebaran yang perlu penanganan serius,” kata Adi Sugiri, Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok.

Sopir Truk Jadi Korban: 15 Jam Menunggu, Fasilitas Nol

Bukan cuma soal waktu, kemacetan ini telah jadi mimpi buruk bagi sopir-sopir truk kontainer. Banyak dari mereka mengaku harus menunggu hingga 12–15 jam untuk sekadar masuk ke pelabuhan atau menyelesaikan bongkar muat.

“Kalau udah begitu, kami rugi waktu, rugi tenaga, belum lagi uang makan. Satu rit bisa habis satu hari, bahkan lebih,” ujar Nuratmo, koordinator dari Keluarga Besar Sopir Indonesia (KBSI).

Ironisnya, fasilitas pendukung seperti toilet atau tempat istirahat nyaris tidak tersedia. Banyak sopir terpaksa buang air di tempat terbuka atau tidur di dalam truk yang panas dan pengap. Tak heran, keluhan pun berubah jadi tuntutan.

Aksi Protes dan Tuntutan Nyata

Fenomena macet ini bukan kali pertama. Pada Februari 2025, ratusan sopir truk sempat menggelar aksi unjuk rasa di depan gerbang pelabuhan. Mereka menuntut kompensasi atas waktu tunggu yang tidak masuk akal, yakni Rp45.000 per jam jika bongkar muat lebih dari satu jam.

Selain itu, sopir juga meminta adanya sistem antrean digital yang transparan, penghapusan pungli, dan pengelolaan antrean yang lebih tertib. Jika tidak segera diperbaiki, bukan tak mungkin aksi serupa akan kembali terjadi.

Upaya Pelindo: Minta Maaf dan Janji Perbaikan

Menanggapi kemacetan ini, Pelindo telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Beberapa langkah darurat tengah dipersiapkan, seperti penambahan buffer zone untuk parkir truk, perbaikan sistem digital antrean, serta peningkatan fasilitas umum seperti toilet dan tempat istirahat.

“Kami juga sedang memperkuat koordinasi dengan pihak Bea Cukai, Otoritas Pelabuhan, dan asosiasi logistik untuk memastikan arus keluar-masuk bisa lebih lancar,” ujar Adi Sugiri. Macet di Pelabuhan Tanjung Priok Lautan Truk yang Bikin Pusing

Bukan Sekadar Macet, Tapi Cerminan Sistem

Kemacetan di Tanjung Priok bukan hanya soal truk dan jalanan, tapi tentang efisiensi sistem logistik nasional. Jika tidak ditangani tuntas, dampaknya bisa menyentuh harga barang di pasar, daya saing industri, hingga reputasi Indonesia sebagai hub logistik regional.

Di perlukan sinergi lintas sektor untuk mengurai benang kusut ini. Bukan hanya solusi jangka pendek, tapi juga reformasi menyeluruh terhadap manajemen pelabuhan dan distribusi logistik. Jangan sampai pelabuhan terbesar di Indonesia ini terus menjadi titik macet yang tak kunjung usai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *