Geger Film Pabrik Gula Jadi Sasaran Ujaran Kebencian
TRENDING

Geger Film Pabrik Gula Jadi Sasaran Ujaran Kebencian

Geger Film Pabrik Gula Jadi Sasaran Ujaran Kebencian, Film horor terbaru Indonesia Pabrik Gula, yang disutradarai oleh sineas ternama Awi Suryadi, tengah berada di puncak popularitasnya. Namun, di tengah kesuksesan yang diraih sejak tayang perdana pada 31 Maret 2025 lalu, film ini justru terseret dalam pusaran kontroversi. Aksi ujaran kebencian yang ditujukan kepada film tersebut dan para pendukungnya menjadi sorotan publik, memunculkan diskursus baru tentang kebebasan berekspresi, kritik film, dan etika di dunia maya.

Dari Puncak Box Office ke Sasaran Komentar Negatif

Sejak dirilis menjelang libur Lebaran 2025, Pabrik Gula langsung mencetak rekor sebagai film horor terlaris tahun ini. Dalam waktu kurang dari dua minggu, film ini berhasil meraih lebih dari dua juta penonton. Angka ini menjadikannya pemuncak box office, mengalahkan film-film besar lain seperti Qodrat 2, Jumbo, dan Siksa Neraka.

Namun, kesuksesan itu rupanya tak hanya tersambut dengan pujian. Di jagat maya, khususnya media sosial seperti X (dulu Twitter) dan Instagram, muncul gelombang komentar negatif yang tak jarang mengarah pada ujaran kebencian. Mulai dari tudingan film ini terlalu overrated, tidak layak tertonton, hingga menghina para pemain dan pendukung filmnya.

Awi Suryadi Syok: “Saya Kaget dan Sedih”

Menanggapi serangan tersebut, sutradara Awi Suryadi akhirnya angkat bicara. Dalam wawancara dengan beberapa media, ia mengaku terkejut dengan intensitas komentar negatif yang menyerang film dan bahkan pribadi orang-orang yang memberikan dukungan.

Tapi kemudian saya melihat ada banyak akun yang menyebarkan kebencian, bahkan menyerang orang-orang yang cuma sekadar memberi testimoni positif. Saya kaget dan sedih,” ungkap Awi.

Ia menambahkan, dalam pengamatannya, serangan tersebut terasa seperti terorganisir, bukan kritik biasa yang wajar terjadi dalam dunia perfilman. “Seperti gerakan buzzer. Mereka menggunakan kata-kata yang sama, menyerang dalam waktu bersamaan. Ini aneh, seperti pola kampanye politik,” tambahnya.

Figur Publik Ikut Jadi Korban

Yang juga menjadi sorotan adalah serangan terhadap figur publik yang memberikan apresiasi terhadap film Pabrik Gula. Penulis ternama Ika Natassa dan YouTuber serta podcaster Nessie Judge misalnya, menerima komentar bernada kebencian setelah memuji film ini di akun media sosial mereka.

“Kasihan Nessie dan Mbak Ika. Mereka cuma bilang suka filmnya, eh malah terhujat seolah punya agenda. Ini sudah melampaui batas,” kata Awi lagi.

Padahal, menurutnya, dalam dunia seni, penilaian adalah hal yang subjektif. “Kalau nggak suka, nggak apa-apa. Tapi jangan sampai mencederai orang lain hanya karena pendapatnya berbeda,” tegasnya. Geger Film Pabrik Gula Jadi Sasaran Ujaran Kebencian.

Strategi Awi dan Tim Produksi

Menghadapi situasi ini, Awi dan tim produksi memilih untuk tidak terpancing emosi. Mereka justru fokus menyebarluaskan review positif dari penonton asli yang benar-benar menonton film di bioskop.

“Kami tidak akan melawan dengan cara yang sama. Kami akan tetap menyuarakan semangat positif. percaya penonton Indonesia cerdas, mereka bisa menilai sendiri tanpa harus terpengaruh komentar penuh kebencian,” ujar Awi.

Ia juga mengajak masyarakat untuk mendukung industri film Indonesia dengan cara yang sehat, termasuk dengan memberi ruang bagi pembuat film untuk berkembang melalui kritik yang membangun, bukan ujaran kebencian.

Tentang Pabrik Gula

Film Pabrik Gula mengangkat kisah sekelompok buruh yang bekerja di sebuah pabrik tua yang angker dan menyimpan misteri kelam dari masa lalu. Berlatar budaya Jawa Timur dengan elemen ritual lokal seperti “Manten Tebu,” film ini berhasil menggabungkan horor dengan unsur sosial dan budaya yang kuat.

terbintangi oleh Arbani Yasiz, Erika Carlina, dan sejumlah aktor muda berbakat, Pabrik Gula tak hanya menyuguhkan ketegangan tetapi juga pesan moral.

Rencana Tayang Internasional

Di tengah kontroversi, film ini juga akan terperluas penayangannya ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Bahkan, menurut kabar terakhir, Pabrik Gula akan terputar di beberapa festival film horor internasional dan tengah terjajaki untuk distribusi ke platform streaming global.

Penutup

Fenomena ujaran kebencian yang menimpa Pabrik Gula menunjukkan betapa pentingnya menjaga etika dalam berdiskusi, terutama di ruang publik digital. Awi Suryadi sebagai sineas sudah mengambil langkah bijak dengan tidak membalas kebencian.

Masyarakat Indonesia terharapkan bisa terus mendukung perfilman nasional, tidak hanya dengan menonton film lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *