Demo Besar-besaran di 50 Negara Bagian AS Rakyat Tolak Kebijakan Donald Trump, Amerika Serikat kembali diguncang gelombang protes nasional. Pada Sabtu, 5 April 2025, jutaan warga dari 50 negara bagian turun ke jalan dalam aksi demonstrasi besar-besaran bertajuk “Hands Off!” untuk menolak kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump.
Aksi ini diorganisir secara serentak oleh lebih dari 150 organisasi masyarakat sipil, kelompok buruh, aktivis lingkungan, pejuang hak asasi manusia, komunitas LGBTQ+, serta veteran militer. Mereka berkumpul di lebih dari 1.200 titik di seluruh penjuru negeri, dari kota besar seperti New York, Los Angeles, dan Chicago, hingga wilayah pedesaan di Montana dan Wyoming.
Pemicu Gelombang Aksi
Protes ini terpicu oleh serangkaian kebijakan kontroversial yang kembali terterapkan oleh Trump setelah ia berhasil kembali ke kursi kepresidenan melalui Pemilu 2024. Di antara kebijakan yang paling banyak menuai kritik adalah:
-
Pemangkasan besar-besaran terhadap anggaran layanan kesehatan dan pendidikan publik
-
Penghapusan regulasi lingkungan yang melindungi lahan basah dan emisi industri
-
Kebijakan imigrasi ketat dan deportasi massal warga tanpa dokumen
-
Pencabutan perlindungan terhadap komunitas minoritas dan transgender
-
Penunjukan Elon Musk sebagai kepala lembaga baru: Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), yang menuai kecaman sebagai langkah konsolidasi kekuasaan secara tidak transparan
Banyak warga menganggap kebijakan tersebut sebagai bentuk “pengambilalihan kekuasaan secara paksa” dan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang menjadi fondasi Amerika Serikat.
Aksi Damai di Ibu Kota
Di Washington D.C., diperkirakan lebih dari 500.000 demonstran memenuhi National Mall, menjadikannya salah satu protes terbesar dalam sejarah ibu kota sejak Women’s March 2017. Para peserta membawa poster bertuliskan “No to Tyranny!”, “Democracy Over Dictatorship”, hingga “Save Our Future.”
Senator Cory Booker dan mantan Presiden Barack Obama hadir memberikan pidato solidaritas. Obama, dalam pidatonya yang tersambut sorak-sorai, menyatakan:
“Negara ini terbangun oleh rakyat, untuk rakyat. Bukan untuk miliarder atau segelintir elit yang ingin mengubah konstitusi demi kekuasaan.”
Solidaritas di Seluruh Negara Bagian
Di New York City, Times Square berubah menjadi lautan manusia. Para demonstran, termasuk seniman dan musisi, menggelar pertunjukan akustik bertema perlawanan. Di Los Angeles, ribuan warga berkumpul di depan Balai Kota dan melakukan “silent march” mengenang korban-korban kekerasan kebijakan imigrasi era Trump.
Di Texas, negara bagian yang terkenal konservatif, protes juga terjadi dengan partisipasi besar dari warga Latin dan pendukung hak migran. Hal serupa terjadi di Georgia, Arizona, bahkan di negara bagian Republik seperti Utah dan Idaho. Demo Besar-besaran di 50 Negara Bagian AS Rakyat Tolak Kebijakan Donald Trump.
Yang menarik, banyak demonstran adalah warga lanjut usia yang khawatir akan hilangnya jaminan sosial dan hak kesehatan mereka. Seorang pensiunan guru dari Ohio, Martha Reynolds (68), mengatakan: Apa yang terlakukan Trump adalah penghinaan terhadap nilai-nilai Amerika.”
Kritik Penunjukan Elon Musk
Penunjukan Elon Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) menjadi salah satu isu panas dalam aksi ini. Para pengunjuk rasa menganggap langkah ini sebagai konsolidasi kekuasaan antara elit bisnis dan pemerintahan.
Aktivis teknologi menyuarakan kekhawatiran terhadap pengawasan data pribadi, privatisasi sistem layanan publik, dan dominasi perusahaan teknologi besar dalam kebijakan nasional.
Aksi Global
Menariknya, gelombang demonstrasi tidak hanya terjadi di AS. Kota-kota besar dunia seperti London, Paris, Berlin, dan Tokyo juga menjadi saksi aksi solidaritas menolak kebijakan Trump. Di Berlin, Menara Brandenburg terpenuhi warga Jerman yang membawa spanduk “American People Deserve Better.”
Situasi Terkendali dan Damai
Meski massal, aksi demo ini berlangsung relatif damai. Pihak kepolisian melaporkan tidak ada insiden besar atau bentrokan serius. Sebagian kecil aksi penahanan terjadi, namun terlakukan secara tertib.
Media internasional memuji penyelenggaraan aksi ini sebagai bentuk kedewasaan demokrasi di tengah tantangan politik. “Ini adalah pengingat bahwa suara rakyat tetap hidup, bahkan di tengah rezim yang ingin membungkamnya,” tulis kolumnis The Guardian.
Penutup: Titik Balik Demokrasi Amerika?
Aksi besar-besaran ini menandai momen penting dalam lanskap politik Amerika Serikat. Ketika pemerintah teranggap melangkahi batas kekuasaan, rakyat menunjukkan bahwa mereka tetap memiliki suara.
Apakah ini akan menjadi awal dari gelombang perlawanan baru atau bahkan mendorong proses pemakzulan terhadap Presiden Trump? Hanya waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti—Amerika sedang terbangun.