Longsor di Pekalongan Jawa Tengah 17 Orang Tewas Pekalongan, Jawa Tengah – Bencana tanah longsor melanda wilayah Kabupaten Pekalongan pada (20 Januari 2025) akibat hujan deras yang mengguyur daerah tersebut selama beberapa hari terakhir.
Peristiwa tragis ini mengakibatkan sedikitnya 17 orang tewas, sementara puluhan lainnya masih di nyatakan hilang. Tim penyelamat terus berjibaku mencari korban yang kemungkinan tertimbun material longsor.
Kronologi Kejadian
Longsor terjadi di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, sekitar pukul 18.00 WIB. Menurut warga setempat, hujan mulai turun deras sejak siang hingga malam hari, menyebabkan tebing setinggi 30 meter di sekitar pemukiman warga runtuh. Material longsor berupa tanah, batu, dan pepohonan menghantam belasan rumah, beberapa di antaranya rata dengan tanah.
“Kami mendengar suara gemuruh yang sangat keras. Tidak lama kemudian, longsor langsung menerjang rumah-rumah di bawahnya. Kami hanya bisa berlari menyelamatkan diri,” ujar Yanti (42), salah satu warga yang berhasil selamat.
Upaya Evakuasi
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, serta relawan lokal segera di kerahkan ke lokasi kejadian. Namun, proses evakuasi menghadapi kendala besar akibat medan yang sulit di jangkau dan curah hujan yang masih tinggi. Alat berat juga sulit di datangkan ke lokasi karena jalan menuju desa tersebut terputus oleh longsor.
Kepala Basarnas Jawa Tengah, Bambang Supriyadi, menyatakan bahwa prioritas saat ini adalah mencari korban yang masih tertimbun. “Kami berupaya semaksimal mungkin, tetapi kondisi cuaca dan akses yang terbatas menjadi tantangan utama. Tim juga harus bekerja dengan hati-hati untuk menghindari longsor susulan,” katanya.
Korban dan Dampak
Hingga saat ini total korban meninggal dunia mencapai 17 orang, sementara Lima orang lainnya dilaporkan hilang. Selain itu, sekitar 30 warga mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis dan telah di rujuk ke rumah sakit terdekat.
Bencana ini juga mengakibatkan sekitar 50 keluarga kehilangan tempat tinggal. Mereka saat ini mengungsi di posko darurat yang di dirikan oleh pemerintah daerah bersama dengan organisasi kemanusiaan.
Bantuan logistik seperti makanan, air bersih, dan selimut mulai di distribusikan, namun kebutuhan mendesak lainnya seperti obat-obatan masih kurang.
Penyebab Longsor
Para ahli mengidentifikasi bahwa longsor ini dipicu oleh curah hujan yang ekstrem selama beberapa hari terakhir. Selain itu, kondisi tanah yang labil di kawasan perbukitan Petungkriyono turut memperparah situasi. Minimnya vegetasi di sekitar tebing juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang memicu terjadinya longsor.
“Wilayah ini memang rawan longsor karena kemiringan tebing yang curam dan struktur tanahnya yang rentan terhadap erosi. Kejadian ini seharusnya menjadi peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar Dr. Agus Purnomo, pakar geologi dari Universitas Diponegoro.
Tindakan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan. Bupati Pekalongan, Sugiarto, mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman. Longsor di Pekalongan Jawa Tengah 17 Orang Tewas
“Keselamatan warga adalah prioritas utama kami. Saya meminta semua pihak untuk bekerja sama membantu proses evakuasi dan penanganan korban,” tegasnya.
Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kawasan rawan longsor di daerah tersebut.
Rencana relokasi warga yang tinggal di zona merah juga mulai di bahas sebagai langkah jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa depan.
Himbauan Kepada Warga
Kepala BMKG Jawa Tengah, Sri Wahyuni, mengingatkan bahwa potensi hujan lebat masih akan terus terjadi dalam beberapa hari mendatang. Ia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan segera melaporkan tanda-tanda potensi longsor, seperti retakan tanah atau aliran air yang deras di lereng bukit.
Bencana ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman alam, terutama di daerah rawan seperti Pekalongan. Solidaritas dan dukungan semua pihak sangat dibutuhkan agar para korban dapat bangkit kembali dari tragedi ini.