Mirip Pagar Laut Tangerang HGB 656 Hektare di Surabaya Sebuah fenomena baru tengah menarik perhatian publik. Di perairan Laut Surabaya, di temukan struktur yang menyerupai “pagar laut” dengan skala yang mengesankan, mencapai luas 656 hektare.
Temuan ini mengingatkan pada fenomena serupa di Tangerang yang pernah viral sebelumnya. Namun, kali ini, lokasi dan konteksnya memberikan nuansa unik yang memerlukan perhatian lebih dari berbagai pihak.
Struktur Misterius di Laut Surabaya
Penemuan ini pertama kali di ungkapkan oleh pemilik akun X @thanthowy yang melakukan penelusuran menggunakan aplikasi Bhumi. Menurutnya, struktur ini mencakup area luas di Timur Eco Gunung anyar.
“Kami pertama kali mendeteksi adanya anomali melalui pantauan drone laut dan sonar. Struktur ini memiliki bentuk yang sangat terorganisir, mengindikasikan adanya campur tangan manusia,” ungkap Dr. Rani Setiawan, pakar kelautan dari Universitas Airlangga.
Menurut penuturan warga setempat, keberadaan struktur ini diduga sudah cukup lama, tetapi baru mendapatkan perhatian setelah dampaknya terhadap ekosistem lokal mulai terasa. Banyak spesies ikan yang biasa di temukan di wilayah tersebut di laporkan menghilang, sementara nelayan mengeluh hasil tangkapan menurun drastis.
Mirip Kasus di Tangerang
Kejadian ini memunculkan perbandingan dengan kasus serupa di Tangerang, di mana struktur pagar laut diduga di bangun untuk kepentingan tertentu, seperti reklamasi atau penguasaan lahan laut. Penemuan HGB (Hak Guna Bangunan) seluas 656 hektare yang terdaftar di area laut Surabaya semakin memperkuat kecurigaan bahwa ini bukan fenomena alamiah.
“Adanya dokumen HGB ini membuat kita harus mempertanyakan siapa pihak yang bertanggung jawab. Perairan laut merupakan wilayah publik, dan penggunaannya harus sesuai dengan aturan hukum serta menjaga keberlanjutan ekosistem,” tegas aktivis lingkungan Marcellina Kusuma.
Dampak Ekologis dan Sosial
Selain dampak langsung terhadap hasil tangkapan nelayan, para ahli juga khawatir tentang kerusakan lingkungan yang lebih luas. Struktur bawah laut seperti ini dapat mengubah pola aliran air, merusak habitat laut, dan memengaruhi migrasi ikan.
“Ekosistem laut adalah jaringan yang saling terhubung. Jika salah satu bagian terganggu, efeknya bisa di rasakan hingga ratusan kilometer jauhnya,” jelas Dr. Rani.
Sementara itu, masyarakat pesisir mulai merasakan dampak ekonomi akibat penurunan hasil laut. “Kami sangat bergantung pada laut untuk hidup. Kalau ini terus dibiarkan, bagaimana nasib anak-anak kami?” keluh Agus, seorang nelayan dari Kenjeran.
Investigasi dan Tindak Lanjut
Pemerintah Kota Surabaya bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki asal-usul struktur ini. Langkah awal akan mencakup pemeriksaan legalitas HGB yang mencakup wilayah laut tersebut dan memastikan tidak ada pelanggaran hukum.
“Kami tidak akan membiarkan aktivitas yang merugikan masyarakat dan lingkungan berlanjut. Investigasi ini akan di lakukan secara transparan,” ujar Walikota Surabaya, Eri Cahyadi.
Selain itu, sejumlah organisasi lingkungan mendesak pemerintah untuk mempercepat langkah mitigasi. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk aktif melaporkan segala aktivitas mencurigakan yang berpotensi merusak lingkungan laut. Mirip Pagar Laut Tangerang HGB 656 Hektare di Surabaya
Kesadaran Akan Pentingnya Laut
Temuan ini menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menjaga kelestarian laut. Laut bukan hanya sumber daya ekonomi, tetapi juga rumah bagi berbagai makhluk hidup yang keberadaannya mendukung keseimbangan alam.
Jika benar struktur ini adalah hasil perencanaan manusia, maka perlu ada evaluasi mendalam tentang pengelolaan wilayah laut. Kebijakan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, tetapi juga keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat pesisir, menjadi kebutuhan mendesak.
Kasus di Laut Surabaya ini adalah cermin bahwa perairan Indonesia membutuhkan perhatian yang lebih serius, baik dari pemerintah, akademisi, maupun masyarakat luas. Mari bersama menjaga laut sebagai warisan berharga untuk generasi mendatang.